tab


Wednesday, July 15, 2009

ISRA' DAN MIKRAJ

ISRA' DAN MIKRAJ


Peristiwa Israk dan Mikraj bukan hanya sekadar sebuah kisah sejarah yang diceritakan kembali setiap kali 27 Rejab menjelang. Adalah lebih penting untuk kita menghayati pengajaran di sebalik peristiwa tersebut bagi meneladani perkara yang baik dan menjauhi perkara yang tidak baik. Peristiwa Israk dan Mikraj yang memperlihatkan pelbagai kejadian aneh yang penuh pengajaran seharusnya memberi keinsafan kepada kita agar sentiasa mengingati Allah dan takut kepada kekuasaan-Nya.

Seandainya peristiwa dalam Israk dan Mikraj ini dipelajari dan dihayati benar-benar kemungkinan manusia mampu mengelakkan dirinya daripada melakukan berbagai-bagai kejahatan. Kejadian Israk dan Mikraj juga adalah untuk menguji umat Islam (apakah percaya atau tidak dengan peristiwa tersebut). Orang-orang kafir di zaman Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam langsung tidak mempercayai, malahan memperolok-olokkan Nabi sebaik-baik Nabi bercerita kepada mereka.

Peristiwa Israk dan Mikraj itu merupakan ujian dan mukjizat yang membuktikan kudrat atau kekuasaan Allah Subhanahu Wataala. Allah Subhanahu Wataala telah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran-Nya kepada Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam.

Mafhum Firman Allah S.W.T. : “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Surah Al-Israa’: Ayat 1).

Di kalangan ulama berpendapat, tujuan Isra’ Mi’raj adalah lit-tatsbit (untuk memantapkan atau mengukuhkan Nabi SAW dalam kedudukan kenabian dan kerasulannya), lit-takrim (untuk memuliakan Nabi SAW sebagai makhluk pilihan Allah SWT), dan listi’dalil quwah (untuk mempersiapkan kekuatan jasmaniah, rohaniah, dan aqliah Nabi SAW dalam menjalankan tugas-tugas kenabian dan kerasulannya).


Hikmah peristiwa Isra' Mi'raj

Pertama, diriwayatkan, sebelum Isra Mi’raj, Nabi SAW “dibedah” oleh malaikat untuk membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk. Itu menunjukkan, sebelum menghadap Allah SWT untuk menjalankan ibadah, kita harus membersihkan dulu jiwa-raga kita, niat-hati dan jasmani, dari segala kotoran atau najis, dari niat yang tidak ikhlas, dan dari pemahaman-pemahaman yang sesat. Ibadah akan mardud atau tidak sah bila niat kita tidak ikhlas, dinodai bid’ah atau Kebersihan jiwa-raga adalah suatu keharusan manakala kita menghadap Allah SWT di akhir kelak. Kerana Islam itu bersih, maka bersihkanlah jiwa-ragamu.

Kedua, ketika Abu Thalib dan Siti Khadijah meninggal dunia, Nabi SAW merasa sangat sedih , sehingga tahun itu dinamakan Amul Hazn (Tahun Kesedihan). Itu menunjukkan, dalam berdakwah orang perlu pelindung, pendukung, atau pemacu semangat. Seorang daie perlu teman pendamping. Siti Khadijah merupakan simbol seorang isteri atau wanita yang mendokong perjuangan suami dalam berdakwah.

Ketiga, dalam QS. 17: 1 Allah SWT menyatakan, Isra’ Mi’raj bertujuan antara lain untuk memperlihatkan sebagian ayat atau tanda (bukti) kekuasaan-Nya. Kita pun harus memperhatikan ayatNya sehingga keimanan akan kekuasaan Allah SWT tertanam kuat dalam diri. Ayat-ayat itu meliputi ayat qauliyah (firman Allah yang terhimpun dalam Alquran) dan ayat kauniyah (segala ciptaan Allah SWT).

Keempat, salah satu tempat yang terkait dengan Isra’ Mi’raj adalah Masjid Aqsha. Setidaknya, momentum peringatan Isra’ Mi’raj kali ini dapat dijadikan momentum bangkitnya keperihatinan terhadap nasib Al-Aqsha dan Muslim Palestin. Kaum Zionis hendak meruntuhkan masjid tersebut dan melenyapkan simbol-simbol Islam di Jerusalem.

1 comment:

Ubaid Madani said...

Assalamualaikom,
Syabas, teruskan posting artikel yang berbentuk ilmiah agar menjadi Nisa' yang berimformasi disamping menampil akitivi kemasyarakatan..go on dear...demi perjuangan Islam.

Post a Comment